Penyebab orang tidak bisa mengontrol akal sehat dan agamanya adalah kemarahan. Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah mengatakan, “Marah itu bagai binatang buas. Bila engkau membebaskannya, ia akan menerkamu”.
Mengapa? Karena kemarahan dapat menjauhkan peran akal dan agama dalam kehidupan manusia, sehingga ia pun tidak bisa memandang, berpikir dan memilih dengan baik. Bahklan kemarahan dapat menjadikan pelakunya buta dan bisu dari segala nasihat dan peringatan yang disampaikan padanya. Kemudian lahirlah perbuatan-perbuatan yang tidak terkontrol dan ia akan bertindak seperti orang tidak waras.
Mengapa? Karena kemarahan dapat menjauhkan peran akal dan agama dalam kehidupan manusia, sehingga ia pun tidak bisa memandang, berpikir dan memilih dengan baik. Bahklan kemarahan dapat menjadikan pelakunya buta dan bisu dari segala nasihat dan peringatan yang disampaikan padanya. Kemudian lahirlah perbuatan-perbuatan yang tidak terkontrol dan ia akan bertindak seperti orang tidak waras.
Seandainya ia melihat keadaan dirinya ketika marah, ia akan melihat bentuk dan mukanya yang tidak menyenangkan. Dalam keadaan seperti ini, akan keluar darinya perkataan dan perbuatan haram yang tidak bisa dima’afkan jika dilakukan ketika reda rasa marahnya. Bahkan terkadang bisa sampai merusak dan membinasakan kehidupan dunia dan akhiratnya, sebagaimana seekor binatang buas yang memangsa temannya sendiri.
Imam Muslim meriwayatkan di dalam Shahih-nya, dari Imran bin Husain ra Ia berkata : “Suatu ketika para sahabat sedang bersama Rasulullah Saw ketika dalam perjalanan, beliau mendengar ada seorang wanita Anshar yang sedang memaki dan melaknati binatang tunganggannya. Ketika mendengar hal itu, Rasulullah Saw bersabda, “Ambilah barang-barangmu dari atas punggung unta itu dan tinggalkanlah ia, karena ia terlaknat”.
Wanita tersebut kehilangan seekor untanya dikarenakan satu ucapan yang terlontar ketika sedang marah. Rasulullah Saw tidak menganggap kecil persoalan ini dan beliau sangat khawatir jika seluruh rombongan terkena kejelekan, karena di dalamnya ada seekor binatang yang sudah terlaknat (dengan satu ucapan). Kemudian Rasulullah Saw mengingatkan umatnya agar tidak mendo’akan kejelekan untuk diri, anak, keluarga maupun hartanya. Karena bisa jadi do’anya bertepatandengan waktu dikabulkannya do’a, lalu do’anya pun terkabul, sehingga terjadilah bencana karena satu kalimat saja.
Wanita tersebut kehilangan seekor untanya dikarenakan satu ucapan yang terlontar ketika sedang marah. Rasulullah Saw tidak menganggap kecil persoalan ini dan beliau sangat khawatir jika seluruh rombongan terkena kejelekan, karena di dalamnya ada seekor binatang yang sudah terlaknat (dengan satu ucapan). Kemudian Rasulullah Saw mengingatkan umatnya agar tidak mendo’akan kejelekan untuk diri, anak, keluarga maupun hartanya. Karena bisa jadi do’anya bertepatandengan waktu dikabulkannya do’a, lalu do’anya pun terkabul, sehingga terjadilah bencana karena satu kalimat saja.
Apa yang terjadi dengan lisan sewaktu marah berupa cacian, kata-kata kotor, ucapan talak dan sumpah terlarang, seperti seorang yang bersumpah untuk tidak masuk kerumah ibunya atau memutuskan tali persaudaraannya dan sebagainya. Oleh karena itu, takutlah Anda kepada Allah dan bersungguh-sungguhlah untuk selalu menjaga lisan dari hal-hal ini, khususnya di saat marah. Ketahuilah, jika Anda mampu untuk menahan lisan, tangan dan diri Anda ketika marah, berarti Anda telah menjadi seorang yang betul-betul kuat, sebagaimana kesaksian Rasulullah Saw yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Rasulullah Saw bersabda : “Orang yang kuat itu bukanlah orang yang pandai bergulat, hanya saja orang yang kuat adalah orang yang dapat menahan kemarahannya”.
Tips Menahan Marah
1. Jangan mudah marah
Usahakan agar diri Anda selalu berakhlak baik, seperti dermawan, pemurah, lemah lembut, malu, rendah hati, sabar, menahan diri dari kejelekan, lapang dada, pemaaf, selalu menebar senyum, berwajah manis dan sebagainya. Karena jika jiwa memiliki akhlak-akhlak seperti ini dan bisa menjadi suatu kebiasaan niscaya hal itu akan dapat menahan marah saat sebab-sebabnya terjadi. Hal ini sesuai dengan kaidah bahwa ketaatan akan memperkuat hati dan memecahkan benteng besar dalam hati yang dipenuhi dengan sifat marah dan selalu menyuruh kepada kejelekan. Bahkan seiring dengan waktu dan kesabaran, jiwa yang selalu menyuruh pada keburukan dapat berubah menjadi jiwa yang tenang.
2. Hendaknya marah seorang muslim hanya timbul karena Allah Swt
Yang demikian dalam rangka membela agama dan sebagai wujud pembalasan bagi siapa saja yang membangkang terhadap Allah dan Rasul-Nya. Nabi Muhammad Saw tidak pernah membalas orang lain saat hak-hak dirinya dilanggar. Namun bila ada larangan-larangan Allah yang dilanggar, maka tidak ada halangan apapun yang dapat menghentikan kemarahan beliau. Apabila menyaksikan atau mendengar sesuatu hal yang dibenci Allah Swt, beliau akan marah dan menyatakan langsung serta tidak membiarkannya.
3. Mengenali diri bahwa ia tidak berhak untuk marah dan balas dendam
Karena hal itu merupakan pengutamaan diri dengan keridhaan dan kemarahan untuk Penciptanya. Oleh karena itu, kalau jiwa dibiasakan marah dan ridha karena Allah Swt secara otomatis ia akan terbebas dari marah dan ridha karena kepentingan diri sendiri. Hendaklah diketahui bahwa sifat rela dan marah hanyalah karena Allah Swt. Keduanya termasuk prioritas dari realisasi kalimat La Ilaha illallah, sedangkan balasan dari di sisi Allah Swt sangatlah besar. Allah Swt berfirman dalam surat Ali-Imran : 134 :
“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”.
Imam As-Sa’di ra berkata, “Maksudnya bila mereka mendapat kesakitan yang mengharuskan ia untuk marah, yaitu hatinya merasa sesak sehingga ia ingin membalas, baik dengan ucapan maupun perbuatan. Mereka tidak memperturutkan tuntutan tabiat manusia. Namun mereka manahan kemarahan di dalam hatinya dan memaafkan manusia serta setiap orang yang menyakitinya, baik dengan perkataan maupun perbuatan”.
Pemberian maaf lebih terasa dibandingkan dengan menyimpan dendam. Karena pemberian maaf adalah dengan meningalkan sikap hendak membalas diiringi dengan sikap toleransi atas suatu tindak kejahatan. Ini semua hanya ada pada orang yang memiliki akhlak yang indah lagi baik dan tidak akan dimiliki oleh seorang yang berakhlak buruk.
4. Berdoa
Karena keridhaan sebagian besar manusia telah memasukannya ke dalam kebatilan dan kemarahannya telah mengeluarkannya dari koridor kebenaran serta menjerumuskannya kepada hal batil. Oleh karena itu, marilah kita memohon kepada Allah Swt untuk mendapatkan perkataan yang benar, baik dalam keadaan ridha maupun marah.
Imam Ahmad, An-Nasa’I dan Ibnu Hibban meriwayatkan doa dari Ammar bin Yasir ra : “Aku mohon kepada-Mu dan kalimat yang hak dalam keadaan marah maupun ridha”.
Imam Ahmad, An-Nasa’I dan Ibnu Hibban meriwayatkan doa dari Ammar bin Yasir ra : “Aku mohon kepada-Mu dan kalimat yang hak dalam keadaan marah maupun ridha”.
Abu Hurairah ra juga meriwayatkan, “Abu Bakar ra bertanya kepada Rasulullah Saw, ‘Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepadaku suatu amalan yang dapat aku baca di pagi dan sore hari!’. Maka beliau bersabda, “Katakanlah :
“Ya Allah, yang Maha Mengetahui yang gaib dan yang nyata! Wahai Rabb pencipta langit dan bumi, Rabb segala sesuatu dan yang merajainya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Ilah yang berhak diibadahi kecuali Engkau. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan diriku, setan dan bala tentaranya”. Beliau bersabda, “Bacalah ia ketika masuk waktu pagi dan sore dan bila engkau hendak berbaring (tidur)”.
Kita membaca doa ini setiap pagi dan sore hari untuk berlindung dari kejahatan setan dan kejahatan jiwa. Terlebih lagi ketika kita dalam keadaan marah. Doa ini diulang sebanyak 10 kali sehari dengan syarat menghadirkan hati, karena Allah Swt tidak akan mengabulkan doa yang bersumber dari hati yang malas dan lalai.
Saat Kemarahan Terlanjur Membara
Ketika marah telah timbul, janganlah memperturutkan apa yang dituntut kemarahan Anda. Berusahalah untuk menahan diri dari melakukannya dan redakan rasa marah tersebut, namun paksalah diri Anda untuk tidak menuruti tuntutan kemarahan Anda dan apa-apa yang diperintahkannya. Dengan demikian, akibat buruk dari kemarahan Anda akan bisa dihindarkan atau bahkan kemarahan Anda akan reda dan hilang dengan seketika, sehingga ketika itu seakan-akan Anda kelihatan tidak pernah marah. Rasulullah Saw telah memerintahkan untuk menghilangkan sebab yang dapat memancing kemarahan, meredakannya dan mencegah dampak buruknya. Diantaranya :
1. Mengubah posisi dari berdiri ke duduk atau dari duduk menjadi berbaring.
Rasulullah Saw bersabda :
“Apabila salah seorang diantara kamu marah, sedangkan ia dalam keadaan berdiri, maka hendaklah ia duduk agar hilang kemarahan darinya. Bila tidak, maka berbaringlah”.
Tindakan ini ditujukan untuk menjauhkan diri dari sikap mendendam. Demikian berkah dari mengikuti Nabi Saw serta buah menjalankan perintahnya.
Dari Abu Said Al-Khudhri ra, dalam salah satu khutbahnya Rasulullah Saw bersabda :
“Ketahuilah bahwa marah adalah bara yang dinyalakan pada lubang mulut anak Adam. Tidakkah kamu melihat matanya yang merah dan uratnya yang menegang? Oleh karena itu, bila kalian medapati sesuatu darinya, maka duduklah ditanah; duduklah!”.
Maksudnya hendaklah ia menahan kemarahan dalam diri dan janganlah ia melampiaskanya pada orang lain dengan hinaan dan atau perbuatan lainnya. Itu semua merupakan jalan menuju lapang dada.
2. Membaca ta’awwudz
Maksudnya memohon perlindungan dan berdoa kepada Allah Swt dari godaan setan. Sulaiman bin Shurad ra berkata, “Suatu ketika aku duduk di sisi Nabi Saw ketika itu ada dua orang yang sedang bertengkar. Salah seorang diantara mereka wajahnya menjadi merah dan urat nadi lehernya menegang karena marah, maka Nabi Saw bersabda, “Aku ajari kalian suatu kalimat. Seandainya ia mau mengucapkannya, niscaya akan hilang apa yang dirasakan. Ucapkanlah : “Aku berlindung kepada Allah dari setan”. Niscaya hilang apa yang dirasakan”.
Kebanyakan manusia pada hari ini ketika marah kemudian membaca ta’awwudz, namun kalimat itu tidak ada pengaruhnya bagi mereka. Berarti isti’adzah mereka tidak ada gunanya. Lalu apa maksud dari semua ini? Jawabannya bahwa beristi’adzah harus disertai dengan pemahaman terhadap maksudnya disertai kembali dengan segera kepada Allah Swt dengan diiringi ucapan ta’awwudz tersebut. Apabila diucapkan hanya sebatas lisan tanpa adanya amalan hati, tidak berpengaruh bagi yang mengucapkannya.
3. Selalu mengingat bahwa balasan itu sesuai dengan amalan yang dikerjakan
Allah Swt berfiman dalam surat An-Nur : 22 :
“Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka mema'afkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Juga sebagaimana sabda Rasulullah Saw :
“Sesungguhnya Allah hanya menyayangi hamba-hamba-Nya yang penyayang”.
Demikian juga bila marah tersebut belum meledak. Ia juga harus mengingat bila ia membiarkan kemarahannya terus berkobar, niscaya ia juga tidak akan merasa aman dari kemarahan Allah Swt pada hari kiamat, hari ketika ia sangat membutuhkan ampunan-Nya. Harus menerima tuntutan dari orang yang dimarahi dan dimusuhinya, juga kesombongannya untuk menghancurkan kehormatan orang yang dimarahinya dan kegembiraan atas musibah yang menimpa orang yang dimusuhinya.
4. Selalu mengingat bahwa setan senantiasa berambisi untuk mengoda dan menghalangi manusia dari kebaikan
Ketika perbuatan baik semakin bermanfaat bagi manusia dan semakin dicintai ole Allah Swt, maka setan akan semakin dahsyat lagi dalam mengodanya. Oleh karena itulah, menahan marah berarti telah mengumpulkan kebaikan dan meningalkan kejelekan. Setelah itu setan akan mengoda manusia dengan mengirimkan pasukan pejalan kaki dan pasukan kudanya. Ia juga akan melemparkan anak panahnya untuk merusak planing serta melemahkan semangat orang yang beriman dan menjadikannya berputus-asa dalam menahan marah, emosi pelampiasan dan kekerasan. Ia pun berbisik, “Ini sudah merupakan watakmu, kamu tidak perlu berusaha dan menyusahkan dirimu, karena hal itu tidak ada manfaatnya bagimu”.
Jadi seorang mukmin yang berkeinginan untuk tidak marah perlu mengetahui pintu-pintu masuk setan agar ia bisa menghalangi dan menahannya, yaitu dengan selalu memohon pertolongan kepada Allah Swt.
Jadi seorang mukmin yang berkeinginan untuk tidak marah perlu mengetahui pintu-pintu masuk setan agar ia bisa menghalangi dan menahannya, yaitu dengan selalu memohon pertolongan kepada Allah Swt.
5. Meningalkan perdebatan dan memilih sikap diam
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di ra berkata, “Diantara hal bermanfaat yang harus Anda pahami adalah bahwa penghinaan manusia kepada Anda, khususnya yang berupa kata-kata yang menyakitkan, tidak akan merugikan Anda. Justru sebaliknya hal itu akan menyebabkan kerugian bagi mereka (orang-orang yang menghina Anda). Kecuali jika Anda menanggapinya, lalu membiarkan hal itu menguasai perasaan Anda, maka pada saat itulah hal itu akan memberi mudarat kepada Anda. Dan juga jika Anda tidak memasukan penghinaan tersebut kedalam hati Anda, maka sedikitpun hal itu tidak akan merugikan Anda”.
6. Wudhu
Diriwayatkan dari Athiyah Sa’di ra Rasulullah Saw bersabda :
“Setan merupakan makhluk yang dicipatakan dari api, sedangkan api akan padam dengan air. Oleh karena itu, jika salah seorang di antara kalian sedang marah, hendaklah ia berwudhu”.
Dan diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri meriwayatkan secara marfu’:
“Ketahuilah sesungguhnya kemarahan merupakan bara api dalam hati setiap anak Adam. Apakah engkau tidak memperhatikan merahnya mata dan tegangnya urat leher orang sedang marah? Oleh karena itu, barangsiapa sedang marah, hendaklah ia bergegas untuk mengambil wudhu”.
Dampak Marah Terhadap Fisik
Marah dapat mempengaruhi saraf dan mengeluarkan horman adrenalin. Hormon ini merupakan sari dari gundukan lemak yang ada di pinggang bagian atas dan berfungsi sebagai jaringan adapatasi tubuh, serta menyiapkannya untuk menerima pengaruh-pengaruh goncangan saraf, diantaranya ketika marah. Hormon tersebut bergerak menuju ke saluran pankreas untuk menghentikan insulin dan akan menambah kadar gula dalam darah, sehingga akan menaikkan produktivitas gula dalam organ produksi minyak dalam tubuh, juga protein. Kemudian akan berpengaruh terhadap jantung, bahkan bisa mengakibatkan berhentinya detak jantung, hingga terjadilah kematian. Ia juga dapat menjadikan detak jantung bertambah cepat dan kuat, memompa lebih banyak darah, mengeluarkan banyak cairan keringat dan mempercepat denyut nadi serta meninggikan tensi darah. Itulah yang disebut Nabi Saw dengan istilah serangan jantung. Maka cukuplah hal ini yaitu penyakit gula dan penyakit jantung sebagai peringatan bagi orang mukmin untuk selalu menahan marah atau meminimalisirnya sebisa mungkin dan hendaklah mempertimbangkan maslahat (dampak positif) dan mafsadat (dampak negatif) dari rasa marah.
Terakhir, saya sampaikan peringatan Allah Swt terhadap orang-orang beriman. Bila mereka tidak merespons panggilan Allah dan Rasul-Nya, sungguh Allah akan menghalangi hatinya untuk dapat memahami kebenaran. Kalaupun memahami, maka ia tidak dapat merealisasikannya. Oleh karena itu bersegeralah, untuk selalu mengambil manfaat dan bersungguh tanpa mengenal putus asa, hingga Anda menang dengan mendapatkan semua kebaikan. Syahwat adalah api. Ketika Anda menyalakannya, ia akan menjilat dan membakar Anda. Sedangkan kemarahan adalah binatang buas, apabila Anda membebaskannya keluar, niscaya ia akan memangsa Anda.
Sedangkan orang mukmin yang bertakwa, jika ada rombongan setan yang merayunya untuk memperturutkan syahwat dan kemarahannya, penasihat dari Allah yang ada di dalam hatinya akan mengingatkannya agar tidak menempuh jalan-jalan yang penuh kobaran api yang akan membakarnya, yaitu menuruti syahwat. Juga agar tidak melalui jalan yang dilewati binatang buas yang akan memangsanya, yaitu rasa marah. Saat itulah, seorang mukmin yang bertakwa akan ingat. Seolah-olah ia melihat setan hendak membinasakannya dengan menjebaknya di suatu padang ilalang yang hijau dengan jebakan terkaman binatang buas. Oleh karena itu, ia akan segera kembali dan berlindung kapada Allah Swt.
wallahua'lam
wallahua'lam
0 komentar:
Posting Komentar