Mandeknya angka kelahiran mendorong Pemerintah Singapura mengumumkan sejumlah bonus atau insentif. Paket bonus disampaikan pada Senin (21/1/2013) siang oleh Deputi Perdana Menteri Teo Chee Hean.
Untuk mendorong lebih banyak tangis bayi di rumah sakit, paket berupa bonus uang tunai sebesar 6.000 dollar Singapura (sekitar Rp 48 juta) akan diberikan untuk kelahiran anak pertama dan kedua.
Tidak cukup dengan dua anak saja, 8.000 dollar (sekitar Rp 72 juta) lagi akan "dihadiahkan" kepada orangtua yang bersedia memiliki anak ketiga dan keempat.
Mengingat biaya hidup yang semakin lama semakin meningkat, banyak penduduk Singapura yang memilih tidak memiliki anak karena khawatir dengan masa depan bayi yang dilahirkan.
Untuk meredam kekhawatiran ini, jaminan kesehatan sebesar 3.000 dollar (sekitar Rp 24 juta) akan khusus diberikan kepada setiap bayi yang lahir sehingga orangtua tidak perlu mencemaskan jikalau tiba-tiba gangguan kesehatan terjadi.
Selain paket berbentuk "pundi-pundi uang", Pemerintah Singapura juga akan segera mengesahkan rancangan undang-undang yang memberikan cuti satu pekan bagi pria yang istrinya melahirkan.
Dengan legislasi ini, pasangan suami-istri diharapkan dapat menyeimbangkan komitmen antara untuk keluarga dan perusahaan tempat bekerja.
Tentu saja, kelahiran bayi hanya akan terjadi melalui pernikahan. Untuk mendorong muda-mudi Singapura segera menikah, pasangan yang baru menikah akan mendapat prioritas utama dalam pengalokasian rumah susun.
Sambil menunggu rumah susun baru, pasangan pengantin baru untuk sementara dapat menyewa rumah susun dengan harga terjangkau.
Dengan angka kelahiran hanya 1,2 persen tahun 2011 lalu dan terus meningkatnya jumlah populasi lanjut usia, tekanan untuk meningkatkan jumlah penduduk semakin bertambah.
Selain itu, rendahnya angka kelahiran juga mendorong meningkatnya ketergantungan terhadap tenaga kerja asing.
Dari Kompas.com
Untuk mendorong lebih banyak tangis bayi di rumah sakit, paket berupa bonus uang tunai sebesar 6.000 dollar Singapura (sekitar Rp 48 juta) akan diberikan untuk kelahiran anak pertama dan kedua.
Tidak cukup dengan dua anak saja, 8.000 dollar (sekitar Rp 72 juta) lagi akan "dihadiahkan" kepada orangtua yang bersedia memiliki anak ketiga dan keempat.
Mengingat biaya hidup yang semakin lama semakin meningkat, banyak penduduk Singapura yang memilih tidak memiliki anak karena khawatir dengan masa depan bayi yang dilahirkan.
Untuk meredam kekhawatiran ini, jaminan kesehatan sebesar 3.000 dollar (sekitar Rp 24 juta) akan khusus diberikan kepada setiap bayi yang lahir sehingga orangtua tidak perlu mencemaskan jikalau tiba-tiba gangguan kesehatan terjadi.
Selain paket berbentuk "pundi-pundi uang", Pemerintah Singapura juga akan segera mengesahkan rancangan undang-undang yang memberikan cuti satu pekan bagi pria yang istrinya melahirkan.
Dengan legislasi ini, pasangan suami-istri diharapkan dapat menyeimbangkan komitmen antara untuk keluarga dan perusahaan tempat bekerja.
Tentu saja, kelahiran bayi hanya akan terjadi melalui pernikahan. Untuk mendorong muda-mudi Singapura segera menikah, pasangan yang baru menikah akan mendapat prioritas utama dalam pengalokasian rumah susun.
Sambil menunggu rumah susun baru, pasangan pengantin baru untuk sementara dapat menyewa rumah susun dengan harga terjangkau.
Dengan angka kelahiran hanya 1,2 persen tahun 2011 lalu dan terus meningkatnya jumlah populasi lanjut usia, tekanan untuk meningkatkan jumlah penduduk semakin bertambah.
Selain itu, rendahnya angka kelahiran juga mendorong meningkatnya ketergantungan terhadap tenaga kerja asing.
Dari Kompas.com
0 komentar:
Posting Komentar