Melalui slogan 'Malaysia Truly Asia,' negeri Jiran berhasil menggenjot pariwisatanya. Mereka menawarkan keberagaman budaya, ras, dan agama, yang sebetulnya juga ada di Indonesia. Bahkan budaya Indonesia jauh lebih kaya dibandingkan Malaysia.
Namun data World Economic Forum menunjukkan angka kunjungan turis ke Malaysia berlipat ganda dibanding Indonesia. Tahun 2011, turis mancanegara yang berkunjung ke negeri itu mencapai 24 juta orang, sementara turis ke Indonesia cuma 7 juta orang.
Harus diakui, Malaysia memang sangat memperhatikan budaya lokal yang berkembang di sana. Hal ini terbukti dengan keberadaan Undang-undang Warisan Nasional Malaysia. Pemerintah sana, memberikan anggaran khusus bagi budaya-budaya yang diakui dan dicatat sebagai Warisan Nasional negeri tersebut.
Celah inilah yang dimanfaatkan Persatuan Halak Mandailing di Malaysia. Mereka ingin mendapatkan anggaran dan pengakuan sehingga mengajukan dua budaya tarian Tor-tor dan Gordang Sambilan sebagai Warisan Nasional. Gayung bersambut.
Celah inilah yang dimanfaatkan Persatuan Halak Mandailing di Malaysia. Mereka ingin mendapatkan anggaran dan pengakuan sehingga mengajukan dua budaya tarian Tor-tor dan Gordang Sambilan sebagai Warisan Nasional. Gayung bersambut.
Pemerintah Malaysia melalui Menteri Penerangan dan Kebudayaan Malaysia Rais Yatim pun memberi lampu hijau. Inilah yang kemudian menimbulkan ribut-ribut karena Tor-tor dan Gondang juga dikenal sebagai budaya khas Batak asal Sumatera Utara, Indonesia.
Rais menegaskan, Indonesia sebetulnya tidak perlu protes karena Malaysia memang terdiri dari berbagai etnis yang berasal dari berbagai negara, seperti India, China, bahkan Indonesia. Dari Indonesia, unsur budaya Malaysia juga mendapat warna dari Minangkabau, Bugis, Jawa, Sunda, dan Kalimantan.
Malaysia memang menjadikan multikultural yang dia miliki sebagai barang jualan pariwisata. Melalui slogan 'Malaysia Truly Asia' yang dikibarkan sejak 1999, Negeri Jiran mendeklarasikan sebagai pintu masuk Asia, the truly Asia. Dalam laman resmi pariwisatanya, Malaysia mengakui multikulturalisme tidak hanya membuat Malaysia surga gastronomi, tapi juga rumah bagi ratusan festival penuh warna.
Jangan lupa, Malaysia pun diwarisi keindahan alam tropis, sama seperti Indonesia. Dipadu dengan gedung-gedung pencakar langit dan bangunan lainnya. Sektor ini pun menjanjikan untuk digarap.
Slogan dan kampanye ini mendulang kesuksesan. Pertama kali diusung, tahun 1999, kampanye ini berhasil membawa 7,4 juta wisatawan. Sejak itu, kunjungan wisatawan ke negara itu meningkat setiap tahun. Terakhir, 2011, Malaysia kedatangan 24,7 juta wisatawan.
Dari jumlah wisatawan itu, Malaysia mendapatkan pemasukan 58,3 miliar ringgit Malaysia atau hampir Rp173 triliun.
Rais menegaskan, Indonesia sebetulnya tidak perlu protes karena Malaysia memang terdiri dari berbagai etnis yang berasal dari berbagai negara, seperti India, China, bahkan Indonesia. Dari Indonesia, unsur budaya Malaysia juga mendapat warna dari Minangkabau, Bugis, Jawa, Sunda, dan Kalimantan.
Malaysia memang menjadikan multikultural yang dia miliki sebagai barang jualan pariwisata. Melalui slogan 'Malaysia Truly Asia' yang dikibarkan sejak 1999, Negeri Jiran mendeklarasikan sebagai pintu masuk Asia, the truly Asia. Dalam laman resmi pariwisatanya, Malaysia mengakui multikulturalisme tidak hanya membuat Malaysia surga gastronomi, tapi juga rumah bagi ratusan festival penuh warna.
Jangan lupa, Malaysia pun diwarisi keindahan alam tropis, sama seperti Indonesia. Dipadu dengan gedung-gedung pencakar langit dan bangunan lainnya. Sektor ini pun menjanjikan untuk digarap.
Slogan dan kampanye ini mendulang kesuksesan. Pertama kali diusung, tahun 1999, kampanye ini berhasil membawa 7,4 juta wisatawan. Sejak itu, kunjungan wisatawan ke negara itu meningkat setiap tahun. Terakhir, 2011, Malaysia kedatangan 24,7 juta wisatawan.
Dari jumlah wisatawan itu, Malaysia mendapatkan pemasukan 58,3 miliar ringgit Malaysia atau hampir Rp173 triliun.
Masih dari laman pariwisata itu, Malaysia mengakui bahwa pariwisata adalah salah satu penyumbang utama pendapatan Malaysia disamping minyak bumi, kelapa sawit, karet alam, dan kayu. Sektor pariwisata ini juga disebut-sebut salah satu faktor penolong Malaysia saat krisis moneter global 2008.
Bagaimana dengan pariwisata Indonesia? (umi)
0 komentar:
Posting Komentar